Tuesday 9 September 2014

KIMIA ANALITIK

Nama                  :        Fitri Apriani Pratiwi
Nim                      :        F02110003
Tugas                  :        Minggu Pertama


1. Mengapa setelah sample ditotolkan pada kertas, harus dikeringkan?
Jawaban:
Pengeringan kertas setelah penotolan sample merupakan salah satu proses untuk mengeluarkan asam mineral dari kertas yang disebut desalting, dimana larutan ditempatkan pada kertas dengan menggunakan mikropipet pada jarak 2-3cm dari salah satu ujung kertas dalam bentuk coretan garis horizontal. Setelah kertas dikeringkan, ia diletakkan didalam ruang yang sudah dijenuhkan dengan air atau dengan pelarut yang sesuai. (S.M. Khopkar, 2003).
Kemudian, hal tersebut juga dilakukan untuk memperoleh nilai Rf yang reprodusibel, dimana temperatur harus dikendalikan dalam variasi tidak boleh lebih dari 0,5°c. Kertas harus didiamkan dahulu paling tidak 24 jam dengan atmosfer pelarutnya, dan agar mencapai kesetimbangan sebelum pengaliran pelarutnya pada kertas. (S.M. Khopkar, 2003).
Selain itu, pengeringan kertas setelah penotolan sample bertujuan untuk menjadikan kertas hidrofobik, yang juga dapat dilakukan dengan impregnasi kertas dengan pelarut hidrofobik yang terlarut dalam diluen mudah menguap serta dibiarkan kering diudara. (S.M. Khopkar, 2003).
Larutan uji ditotolkan pada kertas saring dan dibiarkan menguap sampai kering di udara.( Vogel, 1985). Hal ini berarti, pengeringan kertas setelah penotolan sample bertujuan pula untuk menguapkan pelarut yang digunakan, contohnya pelarut asam asetat glasial untuk memisahkan Al dan Cr.
Agar bercak sample berukuran kecil digunakan pengeringan. (Iim Nur Hidayat, 2011). Hal ini berarti, apabila sample berukuran kecil, maka untuk masuk ke tahap selanjutnya yaitu fase pengembangan akan menunjukkan hasil yang baik, dalam artian saat sample terelusi, tidak bertabrakan dengan bercak sample lainnya.
Berdasarkan literature bahwa  pengeringan kertas setelah penotolan sample bertujuan sbb:
Pada KLT tujuan pengeringan pada pada sampel yang telah ditotolkan adalah: menguapkan sisa pelarut yang masih terdapat pada KLT sehingga yang tertinggal hanya sampel murni yang dideteksi.


Pada kromatografi Kertas :Setelah menotolkan cuplikan maka tunggu totolan cuplikan tersebut kering. Diameter totolan yang membentuk noda tidak lebih dari 0,4 cm. Hal ini dikarenakan agar noda cuplikan (totolan cuplikan) pada saat dilakukan elusi, setelah pengeringan tidak menyatu antara noda satu dengan noda yang lain, sehingga dapat memisah. Setelah noda (totolan cuplikan) kering masukkan atau gantung kertas dalam bejana tertutup (lemari kromatografi) yang tercelup dalam pelarut atau eluen yang dipilih sebagai fasa bergerak. Jangan sampai noda tercelup dalam eluen (pelarut) karena dapat mengakibatkan senyawa yang dipisahkan akan terlarut dari kertas.


2.Apabila Rf sama,warnanya beda.Maka apakah komponennya sama atau beda ?kemukakan alasannya!
Jawaban    :
Sumber:Khopkar,sm.2008.Konsep Dasar Analitik .UI Press:Jakarta.
Bila warna noda yang di dapat berbeda tetapi nilai Rf nya sama itu dapat dikatakan sampel yang di gunakan berbeda karena warna dasar tiap komponen kimia itu berbeda-beda sedangkan harga Rf merupakan parameter karakteristik kromatografi kertas dan kromatografi lapis tipis. Harga ini merupakan ukuran kecepatan migrasi suatu senyawa pada kromatogram dan pada kondisi konstan merupakan besaran karakteristik dan reprodusibel. Harga Rf didefinisikan sebagai perbandingan antara jarak senyawa dari titik awal dan jarak tepi muka pelarut dari titik awal. Rf = Jarak titik tengah noda dari titik awal. Jarak tepi muka pelarut dari titik awal. Ada beberapa faktor yang menentukan harga Rf yaitu:

1. Pelarut, disebabkan pentingnya koefisien partisi, maka perubahan-perubahan yang sangat kecil dalam komposisi pelarut dapat menyebabkan perubahan-perubahan harga Rf.
2. Suhu, perubahan dalam suhu merubah koefisien partisi dan juga kecepatan aliran.
3. Ukuran dari bejana, volume dari bejana mempengaruhi homogenitas dari atmosfer jadi mempengaruhi kecepatan penguapan dari komponen-komponen pelarut dari kertas. Jika bejana besar digunakan, ada tendensi perambatan lebih lama, seperti perubahan komposisi pelarut sepanjang kertas, maka koefisien partisi akan berubah juga. Dua faktor yaitu penguapan dan kompisisi mempengaruhi harga Rf.
4. Kertas, pengaruh utama kertas pada harga Rf timbul dari perubahan ion dan serapan, yang berbeda untuk macam-macam kertas. Kertas mempengaruhi kecepatan aliran juga mempengaruhi kesetimbangan partisi.
5. Sifat dari campuran, berbagai senyawa mengalami partisi diantara volume-volume yang sama dari fasa tetap dan bergerak. Mereka hampir selalu mempengaruhi karakteristik dari kelarutan satu terhadap lainnya hingga terhadap harga Rf mereka.

Berdasarkan literature maka:
Komponenya berbeda akan tetapi  Nilai Rf dapat dijadikan bukti dalam mengidentifikasikan senyawa. Bila identifikasi nilai Rf memiliki nilai yang sama maka senyawa tersebut dapat dikatakan memiliki karakteristik yang sama atau mirip. Sedangkan, bila nilai Rfnya berbeda, senyawa tersebut dapat dikatakan merupakan senyawa yang berbeda.Maka kedua senyawa tersebut memiliki sifat polaritas yang sama karena Rfnya sama namun karena warnanya berbeda berarti komponen tersebut berbeda karena setiap komponen memiliki warna yang spesifik.

Komponen nya berbeda karena suatu zat dapat diidentifikasi memiliki komponen yang sama apabila rf dan warnanya sama.

komponenya berbeda karena Jika zat uji yang diidentifikasi dan baku pembanding itu sama, terdapat kesesuaian dalam warna dan harga Rf pada semua kromatogram, dan kromatogram dari campuran menghasilkan bercak tunggal, yaitu harga Rr adalah 1,0.Penetapan letak bercak yang dihasilkan kromatografi kertas atau lapis tipis.



Pada identifikasi noda atau penampakan noda, jika noda sudah bewarna dapat langsung diperiksa dan ditentukan harga Rf. Rf merupakan nilai dari Jarak relative pada pelarut. Harga Rf dihitung sebagai jarak yang ditempuh oleh komponen dibagi dengan jarak tempuh oleh eluen ( fase gerak ) .
Rf juga menyatakan drajat retensi suatu komponen dalam fase diam. Karenan itu Rf juga disebut factor referensi.’’ Rf inilah yang dianggap sebagai sesuatu yang khas dan menjadi identitas dari suatu senyawa, oleh karena itu biasa dijadikan patokan dalam analisis kualitatif’’ (http://ashadisasongko.staff.ipb.ac.id/2012/01/02/)


Hal ini dapat dibuktikan ketika percobaan KLT didapatkan hasil:

Pada praktikum kali ini kami melakukan proses kromatografi kertas untuk mengetahui kandungan zat pewarna pada minuman. Pertama-tama kami mencampurkan sampel minuman dengan benang wol dan asam asetat glasial, disina asam astat glasial akan menarik zat pewarna dan kemudian akann diserap oleh benang wol yang telah dicampurkan. Benang wol yang memiliki serat akan menangkap zat pewarna yang telah terpisah dari minuman tersebut dengan bantuan dari asam asetat glasial. Pemisahan ini dibantu dengan pemanasan yang mengakibatkan semakin cepatnya pelepasan ikatan senyawa pewarna dengan senyawa minuman.
Benang wol yang telah mengandung zat pewarna itu kemudian ditambahkan dengan amoniak encer, hal ini bertujuan agar amoniak melarutkan zat pewarna yang telah berada dibenang wol. Zat pewarna telah larut ditunjukan dengan berubahnya warna benang wol dari berwarna merah menjadi putih. Dalam penarikan zat warna ini dilakukan pemanasan diatas penangas hal ini bertujuan agar komponen zat warna tidak rusak akibat panas yang berlebihan.
Didalam chamber yang telah disi eluen, yang merupakan campuran antara etanol, asama asetat glasial dan air. Eluen tersebut terlebih dahulu dijenuhkan, disini cember ditutup rapat dengan tujuan agar meyakinkan bahwa astmosfer dalam gelas kimia terjenuhkan denga uap pelarut. Penjenuhan udara dalam gelas kimia dengan uap menghentikan penguapan pelarut sama halnya dengan pergerakan pelarut pada kertas. Karena pelarut bergerak lambat pada kertas, komponen-komponen yang berbeda dari campuran zar warna akan bergerak pada laju yang berbeda dan campuran dipisahkan berdasarkan pada perbedaan bercak warna. Karena tidak adanya bercak warna seperti pada zar pembanding rhodamin b maka dapat diartikan kalau sampel yang kami pakai tidak mengandung zat warna tersebut.Hal ini mbuktikan tidak hanya harga Rf yang berpengaruh menentukan apakah suatu zat memiliki komponen yang sama ,akan tetapi warna juga sangat berpengaruh.

Pada saat terjadinya pergerakan kenaikan noda disini terjadi proses kompleksitas atau terjandinya interaksi antara air di atmosper chember dengan solulosa ( penyusun kertas saring ). Interaksi ini lah yang menjadi hal yang sangat penting dalam pengerjaan kromatografi kertas.

Komponennya berbeda apabila warnanya beda dan rf nya sama hal ini dikarenakan:
Nilai Rf dapat dijadikan bukti dalam mengidentifikasikan senyawa. Bila identifikasi nilai Rf memiliki nilai yang sama maka senyawa tersebut dapat dikatakan memiliki karakteristik yang sama atau mirip. Sedangkan, bila nilai Rfnya berbeda, senyawa tersebut dapat dikatakan merupakan senyawa yang berbeda. Oleh karena itu bilangan Rf selalu lebih kecil dari 1,0.
Warna juga  dapat dijadikan bukti dalam mengidentifikasikan senyawa karena pelarut bergerak lambat pada lempengan,’’ komponen-komponen yang berbeda’’ dari campuran pewarna akan bergerak pada kecepatan yang berbeda dan akan tampak sebagai perbedaan bercak warna.Jadi warna yang berbeda menandakan komponen yang berbeda dari suatu senyawa.


Kromatografi kertas ini dipakai untuk memisahkan zat warna dasar tinta, karenaada katanya warna tinta terdiri dari beberapa komponen warna penyusun.karena itulah sangat memperhatikan kesamaan warna totolan yang dihasilkan.TKromatografi juga mempunyai arti teknik pemisahan suatu zat yangdidasarkan pada perbedaan migrasi, komponen-komponen yang dipisahakanantara dua fase karena itulah juga sangat memperhatikan kesamaan pada nilai rf nya.

No comments:

Post a Comment